Monday 16 May 2011

Lunturnya Idealisme Guru Oleh: M.Syaiful Ery I, SE Guru IPS ,SMP PRAPANCA Kranggan


Dalam era teknologi informasi ini dunia menjadi terasa semakin sempit.Tidak ada satu daerahpun di dunia yang tidak dapat di jangkau oleh system informasi yang canggih dan modern.Dengan maraknya penggunaan teknologi informasi ini terjadilah apayang dikenal dengan era globalisasi.segala sesuatu serba mendunia, arus informasi semakin cepat,tantangan semakin besar dan adanya kompetensi dan persaingan bebas antar Negara.
Oleh karena itu, salah satu cara yang efektif untuk mengatasinya yaitu meningkatkan sumber daya manusia melalui jalur pendidikan, yang dapat di capai dengan menghasilkan lulusan yang bermutu tinggi pada lembaga pendidikan sekolah.lulusan ini tidak hanya berstandar local ataupun nasional,namun harus memenuhi standar internasional.
Agar semua ini bisa berjalan dengan baik tentunya sangat diperlukan adanya profesionalisme  karena guru adalah salah satu  pendidik yang sangat mempengaruhi hasil dari anak didiknya kelak akan menjadi baik atau buruk. Oleh karena itu mengembangkan profesionalisme guru diera globalisasi sangat diperlukan.
Guru sebagai pengajar ataupun pendidik merupakan factor penentu kesuksesan setiap usaha pendidikan.Oleh sebab itu perbincangan mengenai pembaharuan kurikulum, pengadaan alalt-alat belajar sampai pada ceriteria sumber daya manusia yang dihasilkan oleh usaha pendidikan selalu bermuara pada guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa pentingnya guru dalam dunia pendidikan.

Dalam undang-undang pendidikan no 20 tahun 2003 tentang system pendidikan nasional guru dipandang hanya menjadi bagian yang kecil dalam istilah mendidik. Dinyatakan dalam pasal 39 (2) pengertian pendidik sebagai berikut :
“Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan, serta melakukan penulisan dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.”
Ada sebuah pendapat dari Purwadarminta ( 1996 :335) ,”Guru adalah orang yang kerjanya mengajar.Dengan kata lain, guru disamakan dengan pengajar, bukan pendidik dan pelatih.Dengan demikian orang tua tetap menjadi pendidik utama dan pertama bagi anak-anaknya.Sedangkan guru adalah tenaga profesional yang membantu orang tua untuk mendidik anak pada jenjang pendidikan formal.Tapi kenyataannya , orang tua memikulkan beban berat tersebut kepada guru. Akhirnya gurupun menjadi terpecah konsentrasinya dalam menjalankan tugas antara profesi dan keluarga atau pribadi.Target menjadi tenaga profesionalpun menjadi jauh dari sempurna walaupun setiap hari tetap mengajar siswa.
Idealisme Guru
Idealisme guru harus di kobarkan kembali, sehingga slogan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa “, tetap terparti di jiwa dan sanubari setiap guru bangsa ini.Jangan sampai ,tunjangan profesi ,yang sudah diterima hanya menjadi target  materi.Atau menambah kreatifitas para guru dalam mengikuti program kredit barang.Kalau ini yang terjadi , target pemerintah untuk meningkatkan kualitas guru ,menjadi jauh dari sasaran.Yaitu menjadikan dunia pendidikan bangsa ini lebih bagus ,baik dari segi perencanaan, proses dan hasil pendidikan.Mestinya tujangan profesi ini menjadi pemicu guru untuk selalu meningkatkan kualitas mengajar,dan tidak terbatas pada buku yang ada dalam sekolahsaja ,tapi guru harus selalu aktif mencari sumber yang ada di luar sekolah yaitu dilingkungan sekitar yaitu masyarakat.
Memang terasa janggal bagi kita para guru, jika tugas mulia sebagai pengajar ini di samakan dengan kerja yang semata-mata untuk mencari uang.Guru lebih nyaman dengan sebutan beribadah atau memberikan ilmu kepada semua rakyat Indonesia.Kalau dalam agama dikatakan Jihadu Tharbiyah atau bersungguh-sungguh dalam menyebarkan ilmu kepada semua manusia tidak mengenal dari mana dia berada.
Idealisme guru yang sudah mulai terkikis ,harus mulai di tanamkan lagi di lubuk terdalam para guru Indonesia.Bukan berarti 24 jam kehidupan guru dilakukan di sekolah namun guru harus mulai merencanakan proses belajar mengajar di sekolah dengan hati senang dan gembira.Atau dengan kata lain ,memasuki gerbang sekolah dengan jiwa dan hati ikhlas penuh perasaan gembira ,setiap ada kendala proses pembelajran di kelas disikapi dengan melibatkan seluruh kompenen yang ada di kelas termasuk siswa sendiri, bukan dipendam dalam hati dan disimpan untuk cerita di kantor bersama rekan sejawat.Kemudian setelah proses pembelajaranpun guru tidak membawa urusan sekolah ke rumah.Karena anggota keluargapun punya hak untuk mendapat kasih sayang penuh dari bapak maupun ibu guru, yang fungsinyapun tidak jauh berbeda dengan di sekolahan.Namun di rumah ada pembagian tugas antara ayah yang sebagai kepala keluarga dan ibu sebagai pengelola proses pendidikan anak di keluaga.Lingkungan tempat tinggalpun juga punya hak untuk mendapat aktualisasi para guru.Kalau ada guru tidak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dilingkungannya ,dia bukan guru professional.Bagaimana mau dikatakan professional kalau guru sendiri tidak mampu berinteraksi padahal salah satu tugas guru adalah memotivasi dan meberi contoh nyata berinteraksi kepada anak didik sehingga terjadi komunikasi antar siswa dan guru.Sehingga suasana kelaspun jadi aktif ,dan hidup, model pembelajaran apapun akan hidup.Tetapi jika guru tidak mampu memotivasi dan menghidupkan interaksi dalam kelas tentu suasana pembelajaranpun jadi pasif.Jadi guru yang menjalankan tugasnya dengan profesional akan tertanam dalam dirinya jiwa Idealisme Guru sejati.

No comments:

Post a Comment